Pelatihan-pelatihan yang pernah didapat di masa penjajahan Jepang tentunya merupakan modal semangat juang rakyat dan pelajar-pelajar di sekolah untuk secara bersama-sama mewujudkan tujuan nasional yaitu kemerdekaan bagi bangsa dan negaranya. Maka ketika PETA dilucuti oleh rezim penjajahan Jepang sebelum tanggal 17 Agustus 1945, mereka menjadi tenaga inti. Pemuda-pemuda atau pelajar yang telah mempunyai modal latihan kemiliteran, oleh pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia diberi arahan dan indoktrinasi agar mereka mentaati pimpinan negara Republik Indonesia.
Maka dengan adanya persiapan-persiapan tersebut di kalangan rakyat maupun pelajar setelah dicanangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, mereka kemudian mengambil inisiatif sendiri-sendiri dalam mendukung dan menjaga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan mendirikan Badan Kelaskaran Perjuangan.
Semangat kebangsaan yang fanatik tak terhingga telah disalurkan lewat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang dilandasi oleh Pancasila, kira-kira setengah juta Angkatan Muda Indonesia dari Jawa Barat telah menerjunkan diri ke dalam urusan revolusi.
Semangat nasionalisme terbangun oleh pidato-pidato Presiden Soekarno guna merealisasikan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang baru saja berdiri agar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 mempunyai arti dan terisi oleh falsafah kebangsaan, bebas dan berdaulat. Perjalanan panjang menuju apa yang dicita-citakan oleh para pemimpin bangsa sangat berliku dan penuh tantangan, menjadikan seluruh rakyat bersatu dan bergotong-royong.
Ternyata warga Jawa Barat tak mau ketinggalan dengan saudara-saudara dari tempat lainnya. Tak lama setelah Proklamasi Indonesia dikumandangkan, berdiri badan-badan perjuangan atau badan-badan kelaskaran.
Pemuda pelajar tidak mau ketinggalan, mereka menyusun kelompok masing-masing agar dapat turut menegakkan proklamasi, demikian pun dengan kaum wanitanya. Di Jawa Barat sebagaimana di tempat-tempat lainnya, ada badan kelaskaran yang terkenal dinamakan BKR (Badan Keamanan Rakyat) di bawah pimpinan Arudji Kartawinata. BKR dan Komite Nasional bertindak sebagai pendorong, pelopor, pengarah revolusi yang saling bahu-membahu dengan badan-badan kelaskaran lainnya untuk menghadapi segala kemungkinan sebagai konsekuensi dari Proklamasi Indonesia. Sebagai pemuda BKR pada umumnya mereka adalah mantan perwira-perwira PETA, di antaranya BKR karesidenan Cirebon dipimpin Asikin, Sumarno, Rukman, Effendi dan Syafei. (Siliwangi dari Masa ke Masa, Edisi ke-2, Bandung: Penerbit Angkasa 1979, hal 19-20)
Buku Palagan Cirebon yang diluncurkan...
Ikatan Keluarga 400 (IKKEL 400),...
Pelatihan-pelatihan yang pernah didapat di...
Baskara Harimukti Sukarya,...