Wahuni Kamila putri dari seorang intel yang bernama Moekmin Kamaloedin sedang mengisahkan tentang perjuangan ayahnya pada saat Jenderal Soedirman kembali berjuang di dalam hutan. Moekmin Kamaloedin merupakan salah satu dari sekian banyak yang mengusung tandu Jenderal Soedirman. Berupaya agar tandu tersebut terlindung di bawah pepohonan supaya tak terlihat oleh tentara Belanda yang berusaha mengejar Jenderal Soedirman.
Kini masa itu telah berlalu, namun sebagai putri dari seorang pejuang, dirinya turut merasakan bagaimana perjuangan bangsa ini benar-benar dijalani dengan darah dan nyawa, walau seorang Jenderal Soedirman sedang dalam keadaan sakit parah dan harus ditandu menyelamatkan diri dari serangan tentara Belanda.
Pernahkah Moekmin Kamaloedin menghitung nyawa yang ada dalam dirinya karena dia berposisi di bagian depan. Yang dia pentingkan hanyalah keselamatan Jenderal Soedirman. Dengan setengah berlari menghindari berondongan peluru dari tentara Belanda.
Semua keberanian ini diperoleh oleh Moekmin Kamaloedin berkat latihan yang diberikan semasa menjadi salah satu bagian dari pasukan Jenderal Gatot Soebroto. Sementara Moekmin Kamaloedin selain sebagai Tentara Pelajar yang menjadi intel di kota Cirebon, sebelumnya pernah mengikuti milisi di Plaosan. Moekmin Kamaloedin bersama Nanik Gandasoebrata pernah ditangkap oleh tentara Belanda di Cirebon dan diinterogasi sehingga kepalanya dibenturkan ke dinding. Namun tak sepatah kata pun terucap rahasia dari teman-temannya yang berada di kantong-kantong gerilya. Kemudian keduanya dapat dibebaskan berkat adanya kesaksian dari salah seorang tentara Belanda yang mengatakan bahwa mereka adalah school jongens dan school muises dari SMP negeri. (Sri Pasifik)
Buku Palagan Cirebon yang diluncurkan...
Ikatan Keluarga 400 (IKKEL 400),...
Baskara Harimukti Sukarya,...
Pelatihan-pelatihan yang pernah didapat di...