Eksistensi TP semakin nyata, dan pada saat diadakan latihan kemiliteran untuk masing-masing daerah diangkatlah Komandan Barisan TP. Untuk Tasikmalaya diangkat saudara Insan Kamil yang pernah mengikuti pelatihan di Yogyakarta. Tasikmalaya merupakan tempat pengungsi pelajar dari luar daerah, setelah Bandung dikuasai Belanda, Pemerintahan Jawa Barat berpindah ke Tasikmalaya.
Insan Kamil yang telah mengikuti latihan di Yogyakarta membentuk Komandemen Jawa Barat, berdasarkan mandat dari Markas TP Pusat Yogyakarta. TP ini dibagi menjadi 4 Batalyon:
Dalam perjalanan waktu, hanya 3 batalyon saja yang aktif. Batalyon IV Cirebon tidak berkembang sebagai satu kesatuan TP disebabkan tidak adanya komunikasi keorganisasian dengan pusat (Tasikmalaya). Hal ini yang menyebabkan pelajar Cirebon bergabung dalam berbagai organisasi, badan-badan perjuangan setempat, seperti contohnya BPRI (Barisan Pemberontak Republik Indonesia).
TP Detasemen IV tetap punya tekad bulat untuk mengawal kemudian menghidupkan kembali organisasi TP Cirebon dengan tidak menginduk ke Tasikmalaya. Tekad dan potensi para pelajar Cirebon memang sangat luar biasa. Maka pada tanggal 24 Maret 1947 ditetapkan sebagai hari lahirnya TP Yon 400 Cirebon.
Salamun AT mendapat mandat dari Yogyakarta untuk menghimpun kembali para TP Cirebon dalam satu kesatuan. Pembentukan TP Yon 400 Cirebon adalah bentuk usaha penyempurnaan pengaturan organisasi pelajar sebelumnya.
TP Yon 400 Cirebon tidak menginduk lagi ke Tasikmalaya, melainkan ke Jawa Tengah. Komandan dan kepala staff TP Yon 400 Cirebon masing-masing dipegang oleh Salamun AT dan Ismail Raharjo, sedangkan Kepala Bagian Persenjataan di bawah Djoni Abdurrachman. Adapun TP Jawa Tengah awalnya dibagi dalam dua Detasemen yaitu Solo dan Yogyakarta, kemudian dilebur menjadi satu Komando di bawah Yogyakarta. Resimen B ini terdiri dari 5 Batalyon dengan kode wilayahnya masing-masing peserta dengan penunjukan Komandannya masing-masing yaitu:
Untuk TP Yon 400 Cirebon direncanakan terdiri dari 5 kompi dengan pembagian sebagai berikut: 2 kompi di Cirebon, 1 kompi di Purwakarta, 1 kompi di Pekalongan, 1 kompi di Tegal. Pembagian kompi pada TP Yon 400 Cirebon tidak lagi berdasarkan wilayah administrasi melainkan berdasarkan kondisi geografis setempat.
Wilayah operasi TP Yon 400 Cirebon mencakup pantai utara Jawa sebelah barat yang merupakan strategi wilayah pertahanan Republik Indonesia. Para pelajar dari wilayah Purwakarta hingga Pekalongan dengan pusatnya Cirebon dimobilisasi menjadi kubu pertahanan untuk menahan kemungkinan melajunya Belanda dari Jawa Barat. Pertahanan sepanjang pantai utara ini sesungguhnya untuk melengkapi pertahanan daerah Periangan dan wilayah lainnya guna memblokir Belanda sekaligus melindungi Yogyakarta sebagai Ibu Kota RI dari jangkauan Belanda.
Setelah tibanya Agresi Militer Belanda dan ternyata gelombang agresi ini sangat kuat, sedangkan daerah-daerah yang harus dikonsolidasikan oleh TP Yon 400 Cirebon sangat luas. Maka TP Yon 400 Cirebon hanya dapat mengkonsolidasikan diri dengan yang sewilayah karesidenan Cirebon saja, yaitu yang meliputi Cirebon kota, kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka dan Indramayu.
Dengan demikian pembagian kompi segera dapat direalisasikan karena tak perlu lagi memikirkan wilayah-wilayah yang lain, hanya ada 2 kompi di kota Cirebon dan Kuningan, Majalengka dan Indramayu, masing-masing memiliki hanya 1 kompi saja. Keanggotaan organisasi TP Yon 400 Cirebon sebagian adalah para pelajar yang awalnya bergabung dalam BPRI. Bergabungnya mereka di dalam BPRI secara perorangan, sehingga keutuhan dan kebulatan tekadnya tak sebagaimana ketika mereka diperkenankan untuk bergabung dengan TP Yon 400 Cirebon yang pada saat itu berpusat di Tasikmalaya.
Maka untuk menghimpun TP Yon 400 Cirebon, Salamun AT harus menghimpun kembali para pelajar mantan anggota TP Batalyon IV, dan yang lainnya yang tidak bergabung dengan BPRI untuk menghimpun keanggotaan. Hubungan antara IPI dan TP Yon 400 Cirebon terjalin sangat erat sehingga tak dapat dibedakan.
Seiring dengan adanya latihan kemiliteran, dipandang perlu adanya penerangan bagi anggota IPI mengenai seberapa pentingnya menggalang persatuan dan kesatuan di antara para pelajar dalam sebuah keorganisasian TP. Karena situasi di tanah air memerlukan bantuan dan tenaga para pelajar untuk melakukan bela negara dan tanah air.
Pada saat para pelajar sedang menjalankan latihan kemiliteran, terjadilah Agresi Militer Belanda I. Wilayah Cirebon termasuk yang mendapat serangan yang dahsyat dengan jatuhnya bom-bom melalui pesawat terbang bomber. Sehingga struktur kekuatan militer di wilayah karesidenan Cirebon di mana termasuk di dalamnya ada TP Yon 400 yang sedang mengadakan latihan kemiliteran menjadi kacau. Sedangkan kekuatan militer di dalam kota sudah tak dapat diandalkan untuk menahan laju serangan musuh, karena kondisinya hanya dapat bertahan beberapa hari saja.
Buku Palagan Cirebon yang diluncurkan...
Ikatan Keluarga 400 (IKKEL 400),...
Baskara Harimukti Sukarya,...
Pelatihan-pelatihan yang pernah didapat di...