Di berbagai wilayah Karesidenan Cirebon, Tentara Pelajar merupakan salah satu kekuatan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Di kabupaten Majalengka, pasukan Tentara Pelajar yang berada di bawah Komando Daerah Gerilya IV kabupaten Majalengka seringkali bersama-sama dengan TNI melakukan serangan-serangan ke Markas Belanda di Kota Majalengka, Kadipaten, Jatiwangi dan Prapatan/Palimanan, dengan tujuan untuk mengacaukan pertahanan Belanda.
Daerah yang menjadi basis pasukan masih cukup luas, sementara pasukan TNI sudah membaur di kalangan rakyat di pedesaan dan telah membentuk garis teritorial dengan lancar. Pemerintah Sipil RI masih tetap berjalan sebagaimana camat dan lurah yang masih tetap bekerja walaupun kota-kota kecamatan tersebut telah diduduki oleh Belanda. Sebagaimana di daerah Majalengka, Kadipaten, Cideres dan Jatiwangi, mereka tetap memimpin daerahnya masing-masing dengan cara bergerilya.
Di wilayah KDG IV kabupaten Majalengka banyak siswa-siswa yang tergabung dalam organisasi TP Yon 400 Cirebon. Mereka di dalam gerilya melakukan tugas bermacam-macam antara lain membantu staf pasukan gerilya, sebagai kurir antar sektor gerilya, sebagai kurir ke kota-kota yang diduduki Belanda dengan tugas mencari obat-obatan, senjata/peluru dan informasi-informasi. Membantu Pemerintah Sipil Republik Indonesia dan melaksanakan tugas teritorial. Mereka aktif mengangkat senjata bersama pasukan TNI dalam melakukan serangan-serangan terhadap markas pasukan Belanda.
Dalam penyerangan terhadap markas Belanda di Prapatan pada malam hari, di bawah Komandan Kapten M. Sidik disertai pasukan Lettu Emen, Lettu Purbadi dan Lettu Suradi. Di antara mereka ada anggota TP Yon 400 yang turut melakukan penyerangan.
Kisah yang terkenal di saat itu adalah anggota TP yang bernama Sudirja dan Cicit Karsita yang melakukan penyerangan ke markas Belanda di Prapatan, berhasil membuat pasukan Belanda mundur ke Palimanan. Pada kenyataannya bahwa para pelajar yang tergabung dalam organisasi TP Yon 400 sangat aktif dalam melakukan berbagai tugas selama perang gerilya berlangsung. Mereka adalah tenaga-tenaga muda pelajar yang handal dan sangat kooperatif dalam berbagai bidang pemerintahan, bergerilya maupun sebagai pasukan tempur Siliwangi.
Menurut Letkol Abimanyu, pasukan TP kebanyakan berada di daerah kabupaten Kuningan, Ciwaru dan Ciniru yang merupakan base camp mereka. Di antara mereka ada tokoh-tokoh pelajar pejuang seperti Sulaeman Kartasumitra, yang bertugas di bagian pertahanan. Sutadi Sukarya yang berperan sebagai penyampai pesan-pesan kemerdekaan kepada masyarakat melalui ‘wayang beber’-nya. Tidaklah mudah memberi penjelasan kepada penduduk, demikian cara yang dianggap termudah adalah menyampaikannya lewat gambar-gambar karikatur, seperti ‘mbeber wayang kulit’. Tentara Belanda digambarkan bajunya seperti macan loreng, baretnya hijau. Peristiwa serangan dari pesawat bomber Belanda dan korban-korban berjatuhan akibat serangan tersebut, semua digambarkan dengan beberan gambar-gambar, dengan demikian penduduk desa tahu ciri-cirinya.
Pentingnya peranan visualisasi dan penjelasan kepada penduduk desa adalah agar mereka tidak dimanfaatkan Belanda untuk menjadi mata-mata bangsanya sendiri. Cicit Karsita pandai mendalang dan menirukan suara-suara binatang, dan ternyata pemuda ini sangat kocak, sehingga bila ada Cicit Karsita bersama mereka suasana pun menjadi semarak.
Buku Palagan Cirebon yang diluncurkan...
Pelatihan-pelatihan yang pernah didapat di...
Ikatan Keluarga 400 (IKKEL 400),...
Baskara Harimukti Sukarya,...