021-75909351
ikkel400@gmail.com
Jl. R.A. Kartini No.3 RT.4/RW.7, Pd Pinang, Kby Lama, Jakarta Selatan 12310
blog-img
15/02/2024

SERANGAN BELANDA KE WILAYAH KARESIDENAN CIREBON

Admin1 | Kisah

Cirebon ditinjau dari letak geografis merupakan jalur persimpangan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Memiliki pelabuhan besar dan sangat strategis sejak zaman dahulu. Pelabuhan Cirebon telah banyak didarati kapal-kapal asing. Penyerangan atas kota Cirebon yang akan dilalui tentara Belanda dalam menguasai kota-kota di Jawa, untuk menuju ke Yogyakarta, yang saat itu menjadi ibu kota Negara Republik Indonesia, telah terencana dari arah laut, darat dan udara.

Pasukan tentara Belanda memasuki Cirebon dari arah Kadipaten pada tanggal 22 Juli 1947 pukul 17:30 WIB. Kadipaten dikuasai tentara Belanda pada pukul 10:00 WIB, jarak antara Kadipaten ke Cirebon hanya 50 km saja. Sedangkan untuk mencapai Cirebon, tentara Belanda membutuhkan waktu hingga 7,5 jam. Melihat dari hal tersebut di atas tentunya telah terjadi perlawanan hebat dengan TNI dan Gabungan TP yang tidak dapat dianggap enteng.

Perjuangan TP Yon 400 Cirebon, awalnya tersebar berdasarkan kelompok atau kompi masing-masing kabupaten di wilayah karesidenan Cirebon, Majalengka, Kuningan dan Indramayu. Majalengka dan Indramayu merupakan tempat yang pertama kali mendapat serangan dari Belanda sehingga kedua kompi di daerah inilah yang merupakan kelompok awal dari TP yang bertempur melawan Belanda dan menghadapi serangkaian serangan Belanda yang membabi buta.

Kedua daerah inilah yang merupakan pintu masuk menuju karesidenan Cirebon dari arah barat dan arah laut. Dari Majalengka selanjutnya bisa menuju Cirebon dan Kuningan. Para anggota TP Yon 400 Cirebon yang tergabung dalam Kompi Majalengka pada awal Agresi Militer Belanda I terbagi dalam dua kelompok, yaitu:

  • Kelompok yang diperbantukan kepada TNI di Kadipaten.
  • Kelompok yang satu lagi sedang berlatih kemiliteran di salah satu Markas Batalyon V Siliwangi di Tonjong kabupaten Majalengka.

Serangan Belanda ke arah Kadipaten yang merupakan daerah ujung bagian barat kabupaten Majalengka diawali dengan berputarnya pesawat pengintai capung di daerah Kadipaten, pada saat yang bersamaan terdengar suara tembakan ke arah daerah Tomo yang berjarak hanya 2 km sebelah barat Kadipaten. Daerah ini merupakan pos pertahanan kabupaten Majalengka.

Dalam kondisi dan situasi tak menentu, datang seorang pengendara Harley Davidson ke Kadipaten sambil mengatakan bahwa tembak-menembak yang baru saja terjadi merupakan sebuah protes dari TNI yang berada di pos tersebut dan belum mendapat ransum makan dari pagi. Informasi ini tak ditanggapi secara serius oleh TNI yang berada di Pos Kadipaten. Mereka menganggap, “Ya sudahlah, namanya juga masih pagi belum dikirim makanan mungkin terlambat di jalan!”

Ternyata pengendara Harley Davidson tersebut sesungguhnya harus diwaspadai karena dianggap mengacaukan konsentrasi TNI yang sedang mempersiapkan segala sesuatu apabila sewaktu-waktu terjadi penyerangan. Tingkat kewaspadaan TNI menjadi lengah ketika ternyata datang pasukan tentara Belanda dengan senjata otomatisnya secara tiba-tiba menyerang dan menghancurkan kekuatan TNI di daerah Kadipaten.

Walaupun Belanda memiliki persenjataan yang canggih jika dibandingkan dengan senjata TNI, Belanda masih menggunakan mata-matanya yang menaiki Harley Davison sekedar untuk mengukur kekuatan TNI. Strategi dan manuver Belanda menggunakan mata-mata, penyamaran dan penipuan merupakan modus yang dibangunnya untuk meyakinkan moral pasukannya. Akibat serangan Belanda ini pertahanan TNI di Kadipaten menjadi porak-poranda, sehingga rencana penghancuran jembatan Cilutung yang merupakan salah satu strategi tempur untuk menahan lajunya serangan tentara Belanda tidak sempat dilaksanakan.

Sementara itu kelompok TP yang ikut memperkuat pertahanan militer turut kacau seiring dengan bubarnya pasukan TNI. Sebagian kecil pasukan Belanda yang melakukan perjalanan naar Yogyakarta masuk ke kota Majalengka sambil menghancurkan pertahanan militer RI yang pusat kekuatannya berada di desa Tonjong, hingga Majalengka dengan cepat dikuasai oleh Belanda. Walaupun jarak Kadipaten hanya 12 kilometer saja dari kekuatan militer yang berada di Tomo, tapi Kadipaten dan Jatiwangi tidak mendapat informasi apa-apa dari pos Kadipaten yang telah dihancurkan Belanda terlebih dahulu.

Bagikan Ke:

Populer